Kalau baca cerpen yang ini pasti langsung teringat akan kisah Flavia de Angela. Yups, ada malaikat-malaikatnya di sana. Ehm, kayaknya ini cikal bakal ide Flavia juga deh. Karena pada dasarnya saya suka kisah-kisah malaikat. Silakan dibaca, semoga suka :)
*****
“Eh, tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah gue khan mampir ke kuburan nenek untuk berdoa. Pas mau pulang di dekat gerbang kuburan ada cowok cakep, dia ngelihatin gue sambil tersenyum.” cerita Maya pada teman-temannya.
“Ih, ke geer-an banget .” sahut Egi.
“Iya, apalagi ketemunya di kuburan. Jangan-jangan hantu!” tambah Irene.
“Hantu?” seru Amy dan Mika bersamaan.
“Udah ah gue mau pulang, gue males belajar bareng lagi. Enak aja nuduh dia hantu!” seru Maya ketus lalu melangkah pergi meninggalkan rumah Amy diiringi senyuman teman-temannya yang sudah maklum akan sifatnya.
Kesal juga hati Maya diejek seperti itu. Tapi tidak dapat disangkal sifatnya akhir-akhir ini memang agak sensitif dan emosinya kadang tak terkontrol. Contohnya seperti saat ini, ketika teman-temannya nggak mau diajak nonton bulutangkis di Senayan. Maya ngambek nggak mau pulang bareng mereka padahal satu-satunya transportasi, ya bareng mereka.
Maya berjalan sendirian melewati toko-toko di sepanjang jalan menuju rumahnya. Hatinya yang marah banget jadi tambah sebel ketika ia melihat jalanan penuh dengan anak-anak SMA yang mau tawuran.
“Wah, celaka nih. Gue mau lari kemana?” pikir Maya gusar.
Dan kedatangan Maya di sana malahan jadi bulan-bulanan. Mereka bahkan lupa niatnya mau tawuran. Gadis itu panik. Maya memang jago karate tapi kalau harus ngadepin orang sebanyak itu, wah bisa jadi kornet dia.
“Aduh, kalian mau ngapain?” tanya Maya curiga.
“Tenang aja Non, kita nggak jahat kok.” ujar salah satu anak yang rambutnya cepak.
“Iya, asal lo mau nemenin kita di sini.” seru si funky, disambut tawa teman-temannya yang lain.
“Awas ya kalo kalian macem-macem. Gue hajar lo.” sahut Maya judes.
“Aih galak banget. Kita khan cuma pengin kenalan.” ujar si cepak. Maya segera menghindar dan mulai mengeluarkan jurus-jurus karatenya. Namun perbuatannya itu malah membuat semua anak-anak yang berkumpul di situ semakin gemas dan berusaha menangkapnya. Maya kewalahan, malahan hampir nangis. Tapi tiba-tiba dari belakang muncul seorang laki-laki yang langsung melerai mereka.
“Hei, siapa lo? Berani ikut campur urusan orang.” seru si cepak yang ternyata pimpinannya.
“Kalian bener-bener kurang ajar. Dasar pengecut! Beraninya sama cewek doank! Kalo berani kita duel satu lawan satu!” teriak lelaki itu menambah keruh suasana.
“Bangsat! Siapa takut!” seru si cepak sambil mengeluarkan jurus bangau terbangnya.
Ternyata lelaki penyelamat tadi mampu mengalahkan si cepak dalam tempo jang sesingkat-singkatnja eh sebentar. Dan dasar anak-anak itu cuma jagoan kapiran, ngeliat pimpinannya kalah bukannya bantuin malah kabur. Tinggal si cepak yang nyusul mereka sambil tak henti-hentinya bersumpah serapah.
Maya cekikikan melihat kejadian itu padahal tadi, uh paniknya setengah mati.
“Dik, besok lagi kalo ketemu mereka, langsung kabur aja ya.” sahut lelaki itu.
“Sebetulnya saya berani kok ngadepin mereka, tapi kalo satu lawan satu, nggak keroyokan kayak tadi. Makasih deh Mas!” ucap Maya. Namun laki-laki tadi langsung pergi tanpa ngeliat Maya lagi.
“Ih, sombong! Baru gitu doank, lagaknya udah selangit! Tapi perasaan, gue udah pernah ngeliat dia deh. Dimana ya? Ih, dia khan yang kemarin di kuburan nenek. Nggak gue sangka sikapnya kayak gitu. Dasar! Cakep-cakep, sombong!” pikir Maya dalam hati.
*****
“Dia yang nolongin kamu May?” tanya Mika keesokannya di klub kebugaran.
“Udah deh nggak usah ngomongin dia lagi, gue sebel sama sikapnya yang cuek itu. Udah baik-baik gue ngucapin terima kasih, eh dia malah pergi begitu aja.” sahut Maya pada Mika.
“Nyebelin banget donk!” seru Mika.
“Maya, Mika!” panggil Egi dan Irene sambil berlari-lari menuju mereka.
“Huh, May, Mik. Kalian pasti belum lihat, ada anggota klub baru. Cakep. Bodynya, wah!” seru Egi sambil terengah-engah.
“Kayak gimana sih? Kok heboh banget?” tanya Mika penasaran.
“Ayo, cepet sini” ajak Irene, “Itu tuh yang lagi ngangkat barbel. Keren khan?”
“Yang itu?” tanya Maya.
“Iya, keren khan?” tanya Irene.
“Keren? Amit-amit. Itu khan orang yang nolongin gue kemarin.” tutur Maya sebal.
“Yang nyebelin itu?” tanya Mika.
“Wah, mulai ngambek lagi nih? Tapi sekarang lupain. Pokoknya lo harus ngenalin gue ke dia.” pinta Egi sedikit memaksa.
“Males ah!” seru Maya.
“Ah, jangan gitu donk May.” ajak Irene seraya mendorong-dorong tubuh Maya, sehingga terjatuh tepat di hadapan lelaki itu.
“Auw, sakit tau!” teriak Maya.
“Maya?” panggil lelaki itu.
“Hai!” sapa Egi, Irene dan Mika bersamaan.
“Hai! Maya apa khabar?” tanya lelaki itu.
“Baik. Lho, situ tahu nama gue dari mana?” seru Maya.
“Eng.. tau aja. Paranormal!” seru lelaki itu.
“Sebel! Udah ah.”
“Loh, May jangan pergi. Gue khan belum kenalan!” bisik Irene.
“Kenalan aja sendiri!” seru Maya kesal.
“Eh, hai gue Irene!”
“Mika.”
“Gue Egi.”
“Aduh, kalian kok ngebet banget sih?.” bisik Maya.
“Nggak apa-apa kok, udah biasa dikerubutin cewek. Oke deh namaku Kris.” sahutnya angkuh.
“Uh, sombong!” keluh Maya dalam hati.
“Ya udah deh gue mau ganti baju dulu ya.” seru Kris seraya berjalan meninggalkan mereka.
“Lihat khan, nyebelin!!” seru Maya.
“Nggak apa-apa, yang penting cakep!” sahut Egi nggak mau kalah.
Lalu mereka pun pergi ke ruang ganti dan mengemasi barang-barangnya serta beranjak pulang. Tapi Maya membuat ulah lagi. Sepatunya hilang! Jadi teman-temannya pun keluar duluan meninggalkan Maya yang masih sibuk mencari sepatunya.
“Uh, kemana sih? Nah ini dia, tapi kok ada di toilet? Pasti ada yang ngisengin gue!” seru Maya sambil berlari keluar.
Dan ternyata, teman-teman Maya telah menghilang tanpa mau menunggunya. Dengan keki Maya melangkah pulang sendirian.
“Sialan, dasar nggak punya rasa setia kawan!” seru Maya dalam hati, “Eh, siapa tuh berdiri sendirian di halte? Oh Mr. Nyebelin. Mm..gue kerjain ah.”
Kris seakan tak menyadari kehadiran Maya di belakangnya. Dia sedang memperhatikan seorang pengemis yang sedang menyuapi anak-anaknya. Lalu tiba-tiba sebuah truk yang tak terkendali melaju kencang ke arah pengemis itu. Kris terkejut. Dia mengangkat tangannya, sebuah sinar keluar dari tangannya dan ajaib truk itu berhenti. Lalu ia menurunkan tangannya kembali. Melihat itu Maya tidak bisa menyembunyikan rasa keterkejutannya. Mulutnya berteriak pelan. Maya segera menutup mulutnya dan perlahan pergi, tapi sayang Kris telah melihatnya dan segera berlari mengejar Maya.
“Maya jangan lari! Dengarkan aku dulu!” Kris mengejar Maya sampai gadis itu tak kuat dan akhirnya terpaksa berhenti karena jalan itu buntu.
“Maya. Kamu melihatku ya?” tanya Kris sambil terengah-engah.
“Siapa kamu sebenarnya? Setan? Iblis?” seru Maya agak takut.
“Maya dengarkan aku! Ak…aku.”
“Tolong jangan sakiti aku.” pinta Maya.
“Maya, jangan takut, aku tidak akan menyakitimu. Dengarkan aku. Aku bukan setan atau iblis. Mmh…oke mungkin sudah saatnya aku menceritakan kepadamu.” tutur Kris perlahan, “Aku sebenarnya adalah seorang malaikat. Namaku Ariel, aku adalah…Ksatria dari Langit. Tugasku adalah menjagamu.” tuturnya perlahan.
“Kamu malaikat? Bertugas menjagaku? Oh rasanya aku mulai gila!” seru Maya.
“Percayalah! Seseorang menginginkan jiwamu, dan aku harus menjagamu darinya. Jadi tolong percayai aku.”
“Aku tidak bisa percaya. Siapa yang menginginkan jiwaku?” tanya Maya curiga.
“Belum saatnya. Yang terpenting kamu harus percaya dan bisa menyimpan rahasia ini.”
“Baiklah, hatiku bilang aku harus percaya pada seorang ksatria dari langit.” sahut Maya.
“Terima kasih, gadis mimpiku.”
*****
“Nih anak kena pelet si Kris kali ye? Semenjak kita tinggalin di klub mereka jadi deket.” seru Irene.
“Iya nih. Jangan-jangan dia ditangkep sama Kris trus otaknya dicuci.” Egi bergidik ngeri.
“Eh, apa-apaan sih. Udah ah mending kita pulang. Lihat deh langit gelap. Nggak biasanya begini.” seru Mika takut.
Perasaan takut juga dialami Maya di dalam mobil yang membawanya pulang. Ariel yang duduk disebelahnya sedari tadi pun hanya diam saja.
“Aduh kok perasaanku nggak enak ya?” tanya Maya perlahan.
Lalu tiba-tiba hujan turun begitu derasnya, kilat menyambar kian kemari. Ariel menghentikan mobilnya di tepi.
“Sudah saatnya!” ujarnya.
Maya hanya menghela napas.
“Maya, dengar aku. Apa pun yang terjadi jangan keluar dari mobil!” perintah Ariel.
Maya mengangguk lemah, “Hati-hati Ariel!” ujarnya lirih.
Ariel keluar dari mobil. Petir dan kilat yang semakin garang menyambar tak membuatnya gentar. “Ares, cepat keluar! Aku sudah siap menghadapimu!” teriak Ariel.
Lalu tiba-tiba dari langit yang gelap itu terpercik sinar yang terang dan muncul Ares, sang dewa perang.
“Ha..ha..ha..Ariel, sudah ku tunggu duel kita ini. Kau hantarkan gadis itu untukku? Ha..ha..ha.. percuma kau buat perlindungan yang ketat untuk gadis itu, aku bisa mendapatkannya.” ujar Ares sambil mendekati mobil tempat Maya bersembunyi. Tapi ternyata kekuatan Ariel pun begitu besar, Ares tak dapat sedikit pun menyentuh Maya.
“Oh gadisku, cepat keluar dari situ!” perintah Ares, tapi Maya tetap diam di sana.
“Kau tetap akan disana? Walaupun ia mati?” ujar Ares lalu dengan kekuatannya dia menyerang Ariel. Ariel yang tidak siap akhirnya roboh. Maya terkesiap, dia harus menolongnya. Ares hanya menginginkannya bukan jiwa Ariel. Lalu dia keluar dari mobil itu.
“Maya! Jangan keluar!” teriak Ariel lemah, namun terlambat Ares sudah menangkap gadis itu.
“Lepaskan!” Maya meronta-ronta.
Ariel tidak mampu berbuat apa-apa, tubuhnya yang lemah tidak bisa digerakkan. “Lepaskan dia!” teriaknya lagi.
“Ha..ha..ha.. kekuatanmu hanya segitu saja? Bergegaslah pergi menuju kematianmu.” teriak Ares lalu mengeluarkan kekuatannya.
Ariel tidak tinggal diam, dengan sisa-sisa kekuatannya dia mengeluarkan sihirnya. Ares terlempar. Maya terlepas dari pelukannya. Namun Ares tidak dapat dikalahkan begitu saja, ia beranjak berdiri, dari tubuhnya keluar sinar yang terang. Dan sinar itu membuat Ariel terlempar jauh.
Maya menangis melihat Ariel jatuh tak berdaya. Dan ajaib, tetesan air matanya berubah menjadi kristal. Dan kristal itu tiba-tiba bersinar lalu menyerang Ares. Dengan kuatnya kristal-kristal itu menembus tubuh Ares, lalu dia tersungkur dan tubuhnya pun menghilang.
Maya berlari menuju Ariel yang tergeletak tak berdaya, “Ariel, kamu nggak apa-apa?”
“Uhuk..putri kau telah kembali.” seru Ariel lemah.
Maya terkesiap, tiba-tiba tubuhnya bersinar, lembut sekali. “Siapa aku sebenarnya?” tanya Maya.
“Kau adalah putri kami…Ares menginginkan jiwamu untuk menghancurkan bumi ini…aku harus menyelamatkanmu karena kau kini hanyalah manusia biasa. Tapi..uhuk.. ternyata kau masih memiliki kekuatan.” cerita Ariel, lalu ia beranjak berdiri namun jatuh tersungkur lagi.
“Ariel!” Maya mengangkat tubuh Ariel di atas pangkuannya, “Kamu harus diobati!”
“Uhuk..jangan Maya. Aku harus pergi.”
“Dan kamu akan meninggalkanku?” tanya Maya getir.
“Aku tidak bisa terus berada disampingmu, walaupun kau putri kau tetaplah manusia biasa. Akan ada bencana bila aku berada disisimu, aku harus pergi!” seru Ariel dengan hati hancur.
“Haruskah?” tanya Maya, air matanya menetes kembali.
“Aku berjanji, apa pun yang terjadi aku akan selalu berada disampingmu. Sampai jumpa gadis mimpiku.” ujar Ariel dan secara perlahan tubuhnya terbang tinggi, tinggi dan menghilang digantikan setitik bintang yang berkedip-kedip.
“Ariel, jangan pergi!” teriak Maya, “Aku...aku mencintaimu.” bisiknya dalam hati. Lalu perlahan-lahan sinar di tubuhnya meredup, ia jatuh bersimpuh menangisi hatinya yang hancur. Dan sebuah bintang mengantarkannya pulang. Pulang ke rumah dan menjadikannya gadis biasa lagi.
*****
“Kamu masih nggak mau cerita masalahmu?” tanya Amy, melihat Maya termenung di tepi air mancur rumahnya.
Maya terdiam.
“Ya sudah, aku pergi dulu. Ingatlah bahwa kami sangat menyayangimu.” janji Amy.
“Kalian memang teman-temanku yang paling baik.” Maya tersenyum lalu terdiam kembali setelah Amy pergi.
“Dasar anak cengeng!” tiba-tiba muncul suara di belakangnya.
“Ariel?” panggil Maya, lalu ia menoleh ke belakang dan di sana telah berdiri sesosok figur yang sangat dirindukannya sedang tersenyum padanya.
“Kamu lupa dengan janjiku?” tanya Ariel.
Maya tersenyum bahagia, “Aku tahu kamu pasti datang, Ksatria dari Langit-ku.” serunya gembira.
So this is love, mmm… So this is what makes life divine
A million stars, mmm…
Light up the sky Like diamonds that shine in your eyes
You’re the miracle
That I’ve been
SELESAI