Re-post from Blog on June 2012
Semenjak resign dari kantor lama, pekerjaanku sekarang hanyalah stay di depan laptop sepanjang hari. Mulai dari bikin laporan psikologis, bikin laporan project sama ya itu menulis. Mulailah petualangan sebagai penulis full time itu dimulai. Kegiatanku tiap hari kalau enggak bikin cerpen, ya menyelesaikan novel-novelku yang dulu sempat terbengkalai. Selain itu kegiatan lainnya adalah mencari info-info lomba cerpen/novel dan giat mengirimkan hasil-hasil karyaku ke majalah atau penerbit. Yah, namanya pekerjaan, ujungnya kan mau dapat penghasilan. Walaupun tidak langsung kelihatan kalau seperti kerja di kantoran, yang tiap bulan dapat uang, menulis itu sama seperti menabung. Di waktu tidak terduga, di saat kita butuh uang, eh tiba-tiba honor menulis (mudah-mudahan) muncul :)Walaupun begitu, saya tidak semata-mata menulis untuk mendapatkan penghasilan. Karena kalau saya berpikir seperti itu, rasanya saya akan sulit menggunakan hati dan cinta saya dalam tulisan. Lucunya, seorang teman penulis pernah bercerita. Katanya, editor yang sudah berpengalaman biasanya dapat melihat apakah naskah yang ia terima itu ditulis dengan hati atau sekedar menulis untuk popularitas dan materi saja. Wuah, rasanya para editor itu punya mata yang berfungsi sebagai scanner. Memang terbukti sih, beberapa buku atau tulisan dari penulis yang menurut si editor itu tidak 'ditulis' dengan hati akan jadi karya yang 'begitu-begitu' saja. Tidak memiliki nilai tambah tertentu. Lucunya itu kerap terjadi pada penulis-penulis senior yang sepertinya sedang dikejar setoran.Belajar dari pengalaman itu, saya jadi berusaha merefleksikan diri kembali. Apakah saya akan jadi penulis idealis atau yang komersil. Apakah menulis semata-mata untuk mencari uang ataukah sebagai bukti aktualisasi diri? Maunya sih bisa menyeimbangkan keduanya. Idealis tapi tetap mengisi periuk nasi saya ^__^
Semenjak resign dari kantor lama, pekerjaanku sekarang hanyalah stay di depan laptop sepanjang hari. Mulai dari bikin laporan psikologis, bikin laporan project sama ya itu menulis. Mulailah petualangan sebagai penulis full time itu dimulai. Kegiatanku tiap hari kalau enggak bikin cerpen, ya menyelesaikan novel-novelku yang dulu sempat terbengkalai. Selain itu kegiatan lainnya adalah mencari info-info lomba cerpen/novel dan giat mengirimkan hasil-hasil karyaku ke majalah atau penerbit. Yah, namanya pekerjaan, ujungnya kan mau dapat penghasilan. Walaupun tidak langsung kelihatan kalau seperti kerja di kantoran, yang tiap bulan dapat uang, menulis itu sama seperti menabung. Di waktu tidak terduga, di saat kita butuh uang, eh tiba-tiba honor menulis (mudah-mudahan) muncul :)Walaupun begitu, saya tidak semata-mata menulis untuk mendapatkan penghasilan. Karena kalau saya berpikir seperti itu, rasanya saya akan sulit menggunakan hati dan cinta saya dalam tulisan. Lucunya, seorang teman penulis pernah bercerita. Katanya, editor yang sudah berpengalaman biasanya dapat melihat apakah naskah yang ia terima itu ditulis dengan hati atau sekedar menulis untuk popularitas dan materi saja. Wuah, rasanya para editor itu punya mata yang berfungsi sebagai scanner. Memang terbukti sih, beberapa buku atau tulisan dari penulis yang menurut si editor itu tidak 'ditulis' dengan hati akan jadi karya yang 'begitu-begitu' saja. Tidak memiliki nilai tambah tertentu. Lucunya itu kerap terjadi pada penulis-penulis senior yang sepertinya sedang dikejar setoran.Belajar dari pengalaman itu, saya jadi berusaha merefleksikan diri kembali. Apakah saya akan jadi penulis idealis atau yang komersil. Apakah menulis semata-mata untuk mencari uang ataukah sebagai bukti aktualisasi diri? Maunya sih bisa menyeimbangkan keduanya. Idealis tapi tetap mengisi periuk nasi saya ^__^