Sebelumnya mau mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin. Kalau untuk suami saya, Mohon Nafkah Lahir dan Batin hehe....
Kenapa diawali dengan ucapan Selamat Hari Raya? Selain karena pas nulis pas hari raya, alasan lainnya karena apa yang mau saya sharing erat kaitannya dengan apa yang sering terjadi & dirasakan ketika kumpul-kumpul keluarga di hari raya.
Pasti satu, dua kali atau malah sering kali kita pernah merasakan kekepoan, kesotoyan dan ketidakberperasan kerabat/keluarga kita saat menanyakan hal-hal ini di acara kumpul keluarga. Contohlah:
Citra Saat Single
"Citra, kok sendiri? Pacarnya mana, kok nggak diajak?" _ hikssss, lagi nggak punya pacar Tante
Citra Saat Double
"Ini pacarnya ya? Kapan rencana nikah?" _ tante, ini juga baru pacaran sebulan!
Citra Saat Nikah
"Aduh baru nikah ya. Akhirnya. Sudah hamil belum?" _ status: baru nikah sebulan, jadwal mens juga belum datang :(
Citra Saat Punya Anak Satu
"Kapan si Christo punya adik? Jangan kejauhan loh jaraknya." _ padahal sudah punya rencana setelah anak pertama usia 4 tahun baru punya adik lagi.
Sampai yang termuktahir (baru saja dirasakan). Citra Saat Punya Anak Dua
"Wah sudah lengkap nih anaknya sepasang. Habis ini mau nambah lagi nggak?" _ yaelah, anak kedua saja umurnya baru 3 minggu. Bekas jahitan saja masih ngilu.
Yap itulah contoh-contoh never ending question yang pasti pernah kita rasakan. Kalau nggak pernah ngerasain bersyukur deh, atau malah kasihan karena berarti nggak ada yang memperhatikan hehe...
Dan karena pertanyaan-pertanyaan itu, tak jarang membuat kita termotivasi untuk mengikuti permintaan si penanya. Pengin cepat punya pacar, cepat nikah, cepat punya anak dst, padahal mungkin kita masih pada tahapan belum saatnya menaiki setiap tahapan itu. Kenapa sih saya bilang tahapan? Yap, karena pada dasarnya menurut teori Psikologi Perkembangan Om Erikson, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan yang didasarkan pada kelompok usianya. Jadi idealnya usia remaja (12-18 tahun) belum saatnya berpikir tentang pernikahan, baru nanti di usia young adult atau middle adult.
Lalu, kalau ternyata usia perkembangan kita pas tapi kira belum memasuki tahapan yang seharusnya terjadi. Misalnya sudah pertengahan 25-an tapi masih jomblo saja. Yah boro-boro nikah lah, punya pacar saja belum. Padahal udah usaha naik turun gunung cari pacar :)
Nah, pada saat itulah kita bisa bilang, "I just want to enjoy my life." atau cobalah bilang. "Saya lagi mau puas-puasin masa nggak punya pacar. Masa single saya."
Percaya nggak sih, berdasarkan apa yang saya rasakan, ketika kita sudah sampai tahapan seperti saya, sudah nikah, punya dua anak. Ada saat-saat dimana saya ingin sekali kembali ke masa single. Bisa hang out kemana saja, sampai jam berapa saja. Bisa golar-goler di rumah. Nonton tv atau bikin novel seharian tanpa harus pusing dan capek bagi waktu untuk nyuapin anak, masak, nyuci, setrika dll. Saya rindu masa dimana saya bisa puas mempercantik diri...hehe...
Mungkin pada saat dulu saya belum terlalu puas atau saya tidak memanfaatkan waktu/ tahapan usia saya dengan sebaik-baiknya, atau mungkin saya terlalu terburu-buru ingin naik ke tahapan yang lebih tinggi untuk menjawab "pertanyaan" kerabat/ keluarga saya? Atau mungkin saya hanya kurang bersyukur saja? Tidak menikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan dalam tiap tahapan hidup saya?
Buat teman-teman senasib, semoga post ini bisa sedikit mencerahkan :) Mari menikmati hidup kita!
Kenapa diawali dengan ucapan Selamat Hari Raya? Selain karena pas nulis pas hari raya, alasan lainnya karena apa yang mau saya sharing erat kaitannya dengan apa yang sering terjadi & dirasakan ketika kumpul-kumpul keluarga di hari raya.
Pasti satu, dua kali atau malah sering kali kita pernah merasakan kekepoan, kesotoyan dan ketidakberperasan kerabat/keluarga kita saat menanyakan hal-hal ini di acara kumpul keluarga. Contohlah:
Citra Saat Single
"Citra, kok sendiri? Pacarnya mana, kok nggak diajak?" _ hikssss, lagi nggak punya pacar Tante
Citra Saat Double
"Ini pacarnya ya? Kapan rencana nikah?" _ tante, ini juga baru pacaran sebulan!
Citra Saat Nikah
"Aduh baru nikah ya. Akhirnya. Sudah hamil belum?" _ status: baru nikah sebulan, jadwal mens juga belum datang :(
Citra Saat Punya Anak Satu
"Kapan si Christo punya adik? Jangan kejauhan loh jaraknya." _ padahal sudah punya rencana setelah anak pertama usia 4 tahun baru punya adik lagi.
Sampai yang termuktahir (baru saja dirasakan). Citra Saat Punya Anak Dua
"Wah sudah lengkap nih anaknya sepasang. Habis ini mau nambah lagi nggak?" _ yaelah, anak kedua saja umurnya baru 3 minggu. Bekas jahitan saja masih ngilu.
Yap itulah contoh-contoh never ending question yang pasti pernah kita rasakan. Kalau nggak pernah ngerasain bersyukur deh, atau malah kasihan karena berarti nggak ada yang memperhatikan hehe...
Dan karena pertanyaan-pertanyaan itu, tak jarang membuat kita termotivasi untuk mengikuti permintaan si penanya. Pengin cepat punya pacar, cepat nikah, cepat punya anak dst, padahal mungkin kita masih pada tahapan belum saatnya menaiki setiap tahapan itu. Kenapa sih saya bilang tahapan? Yap, karena pada dasarnya menurut teori Psikologi Perkembangan Om Erikson, setiap manusia memiliki tahapan perkembangan yang didasarkan pada kelompok usianya. Jadi idealnya usia remaja (12-18 tahun) belum saatnya berpikir tentang pernikahan, baru nanti di usia young adult atau middle adult.
Lalu, kalau ternyata usia perkembangan kita pas tapi kira belum memasuki tahapan yang seharusnya terjadi. Misalnya sudah pertengahan 25-an tapi masih jomblo saja. Yah boro-boro nikah lah, punya pacar saja belum. Padahal udah usaha naik turun gunung cari pacar :)
Nah, pada saat itulah kita bisa bilang, "I just want to enjoy my life." atau cobalah bilang. "Saya lagi mau puas-puasin masa nggak punya pacar. Masa single saya."
Percaya nggak sih, berdasarkan apa yang saya rasakan, ketika kita sudah sampai tahapan seperti saya, sudah nikah, punya dua anak. Ada saat-saat dimana saya ingin sekali kembali ke masa single. Bisa hang out kemana saja, sampai jam berapa saja. Bisa golar-goler di rumah. Nonton tv atau bikin novel seharian tanpa harus pusing dan capek bagi waktu untuk nyuapin anak, masak, nyuci, setrika dll. Saya rindu masa dimana saya bisa puas mempercantik diri...hehe...
Mungkin pada saat dulu saya belum terlalu puas atau saya tidak memanfaatkan waktu/ tahapan usia saya dengan sebaik-baiknya, atau mungkin saya terlalu terburu-buru ingin naik ke tahapan yang lebih tinggi untuk menjawab "pertanyaan" kerabat/ keluarga saya? Atau mungkin saya hanya kurang bersyukur saja? Tidak menikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan dalam tiap tahapan hidup saya?
Buat teman-teman senasib, semoga post ini bisa sedikit mencerahkan :) Mari menikmati hidup kita!