“Bryan itu ganteng ya?”
Aku hanya menggumam.
“Gayanya keren, iya nggak?”
Aku kembali menggumam.
“Apaan sih dari tadi cuma ehem-ehem saja. Jawab dong, Bryan itu keren kan?”
“Iya Sandra, dia keren! Luar biasa. Menakjubkan!"
Sandra tertawa melihatku sewot, “Ehm, dia sudah punya pacar belum sih?”
Senyum lebar langsung kupamerkan, “Sayangnya sudah.”
“Serius? Ah sebal! Baru saja mau kudekati." Wajah Sandra terlihat sangat kesal, "Siapa sih pacarnya? Anak sekolah kita? Lebih cantik mana sama aku? Pasti aku kan? Cepat kasih tahu siapa!"
Sandra makin lama makin menyebalkan. Seolah dia yang paling hebat saja. Sebenarnya aku ingin teriak, KALAU KAU MAU TAHU, AKU PACARNYA! Aku, orang yang duduk di sebelahmu ini, tapi aku nggak tega.
“Dimas!” Dari seberang lapangan tempat aku dan Sandra duduk, tampak Vita melambaikan tangannya, “Kamu dipanggil ibu Kepala Sekolah tuh!” teriaknya.
Aku mengacungkan jempol tanda mengerti, lalu bangkit sembari merapikan celana abu-abuku dan segera berjalan menuju ruang Kepala Sekolah, "Duluan ya San." Aku masih menebar senyuman. Senyum yang terlihat timpang dengan wajah merengut Sandra.
Aku hanya menggumam.
“Gayanya keren, iya nggak?”
Aku kembali menggumam.
“Apaan sih dari tadi cuma ehem-ehem saja. Jawab dong, Bryan itu keren kan?”
“Iya Sandra, dia keren! Luar biasa. Menakjubkan!"
Sandra tertawa melihatku sewot, “Ehm, dia sudah punya pacar belum sih?”
Senyum lebar langsung kupamerkan, “Sayangnya sudah.”
“Serius? Ah sebal! Baru saja mau kudekati." Wajah Sandra terlihat sangat kesal, "Siapa sih pacarnya? Anak sekolah kita? Lebih cantik mana sama aku? Pasti aku kan? Cepat kasih tahu siapa!"
Sandra makin lama makin menyebalkan. Seolah dia yang paling hebat saja. Sebenarnya aku ingin teriak, KALAU KAU MAU TAHU, AKU PACARNYA! Aku, orang yang duduk di sebelahmu ini, tapi aku nggak tega.
“Dimas!” Dari seberang lapangan tempat aku dan Sandra duduk, tampak Vita melambaikan tangannya, “Kamu dipanggil ibu Kepala Sekolah tuh!” teriaknya.
Aku mengacungkan jempol tanda mengerti, lalu bangkit sembari merapikan celana abu-abuku dan segera berjalan menuju ruang Kepala Sekolah, "Duluan ya San." Aku masih menebar senyuman. Senyum yang terlihat timpang dengan wajah merengut Sandra.